Mereka Bicara Salafy & Wahabi

nGumpulin Tulisan Menyorot Salafy Wahabi

Pengkafiran Wahhaby (2); Muhammad bin Abdul Wahhab dan Pengkafiran Beberapa Tokoh

Posted by bicarasalafy pada April 21, 2008

Pengkafiran Wahhaby (2); Muhammad bin Abdul Wahhab dan Pengkafiran Beberapa Tokoh

Sumber: http://salafyindonesia.wordpress.com

Jangankan terhadap orang yang berlainan mazhab –konon Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengaku sebagai penghidup ajaran dan metode (manhaj) Imam Ahmad bin Hambal sesuai dengan pemahaman Ibnu Taimiyah- dengan sesama mazhabpun turut disesatkan. Bagaimana ia tega mengkafirkan orang yang se-manhaj dengannya? Jika rasa persaudaraan terhadap orang yang se-manhaj saja telah sirna, lantas bagaimana mungkin ia memiliki jiwa persaudaraan dengan pengikut manhaj lain yang di luar manhaj-nya? Niscaya pengkafirannya akan menjadi-jadi dan lebih menggila. Kita akan melihat beberapa contoh dari penyesatan pribadi-pribadi tersebut.

————————————————————————————

    Bukti Lain Pengkafiran Wahhaby;
    Muhammad bin Abdul Wahhab dan Pengkafiran beberapa Tokoh

Setelah secara global kita mengetahui beberapa teks ibnu Abdul Wahhab yang membuktikan pengkafirannya terhadap para ulama dan menvonisnya sebagai pelaku syirik. Di sini, pada kesempatan kali ini, kita akan melihat teks-teks lain berkaitan dengan pengkafirannya terhadap para ulama dengan tidak segan-segan lagi menggunakan kata-kata ‘KAFIR’ dalam penvonisan.

2- Muhammad bin Abdul Wahhab Mengkafirkan Beberapa Tokoh Ulama

Di sini, kita akan mengemukakan beberapa pengkafiran Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap beberapa tokoh ulama Ahlusunah yang tidak sejalan dengan pemikiran sektenya:
a- Dalam sebuah surat yang dilayangkan kepada Syeikh Sulaiman bin Sahim yang seorang tokoh mazhab Hambali di zamannya. Ia menuliskan: “Aku mengingatkan kepadamu bahwa engkau bersama ayahmu telah dengan jelas melakukan perbuatan kekafiran, syirik dan kemunafikan!…engkau bersama ayahmu siang dan malam sekuat tenagamu telah berbuat permusuhan terhadap agama ini!…engkau adalah seorang penentang yang sesat di atas keilmuan. Dengan sengaja melakukan kekafiran terhadap Islam. Kitab kalian itu menjadi bukti kekafiran kalian!” (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 halaman 31)
b- Dalam surat yang dilayangan kepada Ahmad bin Abdul Karim yang getol mengkritisinya, ia menuliskan: “Engkau telah menyesatkan Ibnu Ghonam dan beberapa orang lainnya. Engkau telah lepas dari millah (ajaran) Ibrahim. Mereka menjadi saksi atas dirimu bahwa engkau tergolong pengikut kaum musyrik” (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 halaman 64)
c- Dalam sebuah surat yang dilayangkannya untuk Ibnu Isa yang telah melakukan argumentasi teradap pemikirannya, Muhamad bin Abdul Wahhab lantas memvonis sesat para pakar fikih (fuqoha’) secara keseluruhan. Ia menyatakan: “(Firman Allah); “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah”. Rasul dan para imam setelahnya telah mengartikannya sebagai ‘Fikih’ dan itu yang telah dinyatakan oleh Allah sebagai perbuatan syirik. Mempelajari hal tadi masuk kategori menuhankan hal-hal lain selain Allah. Aku tidak melihat terdapat perbedaan pendapat para ahli tafsir dalam masalah ini.” (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 2 halaman 59)
d- Berkaitan dengan Fakrur Razi –pengarang kitab Tafsir al-Kabir– yang bermazhab Syafi’i Asy’ary, ia mengatakan: “Sesungguhnya Razi tersebut telah mengarang sebuah kitab yang membenarkan para penyembah bintang” (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 halaman 355). Betapa kebodohan Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap karya Fakhrur Razi. Padahal dalam karya tersebut, Fakhrur Razi menjelaskan tentang beberapa hal yang menjelaskan tentang fungsi gugusan bintang dalam kaitannya dengan fenomena yang berada di bumi, termasuk beraitan dengan bidang pertanian. Namun Muhamad bin Abdul Wahhab dengan keterbatasan ilmu dan kebodohannya terhadap ilmu perbintangan telah menvonisnya dengan julukan yang tidak layak, tanpa didasari ilmu yang cukup.

Silahkan para pembaca yang budiman menilai sendiri ungkapan-ungkapan pengkafiran Muhammad bin Abdul Wahhab di atas. Lantas apakah layak ia disebut ulama pewaris akhlak dan ilmu Nabi, apalagi pembaharu (mujaddid) sebagaimana yang diakui oleh kaum Wahhaby? Dari berbagai pernyataan di atas maka jangan kita heran jika lantas Muhammad bin Abdul Wahhab pun mengkafirkan –yang lantas diikuti oleh para pengikutnya (Wahhaby)- para pakar teologi (mutakallimin) Ahlusunnah secara keseluruhan (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 1 halaman 53), bahkan ia mengaku-ngaku bahwa kesesatan para pakar teologi tadi merupakan konsensus (ijma’) para ulama dengan mencatut nama para ulama seperti adz-Dzahabi, Imam Daruquthni dan al-Baihaqi. Padahal jika seseorang meneliti apa yang ditulis oleh seorang seperti adz-Dzahabi –yang konon kata Ibnu Abdul Wahhab juga mengkafirkan para teolog- dalam kitab “Siar A’lam an-Nubala’” dimana beliau banyak menjelaskan dan memperkenalkan beberapa tokoh teolog, tanpa terdapat ungkapan pengkafiran dan penyesatan. Walaupun kalaulah terdapat beberapa teolog yang menyimpang namun tentu bukan hal yang bijak jika hal itu digeneralisir. Dan yang perlu digarisbawahi adalah, jelas sekali, jika kita teliti dari konteks yang terdapat dalam ungkapan Muhammad bin Abdul Wahhab, yang ia maksud bukanlah para teolog non musim atau yang menyimpang saja, tetapi semua para teolog muslim seperti Abul Hasan al-Asy’ari –pendiri mazhab ‘Asy’ariyah- dan selainnya sekalipun.

Jangankan terhadap orang yang berlainan mazhab –konon Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengaku sebagai penghidup ajaran dan metode (manhaj) Imam Ahmad bin Hambal sesuai dengan pemahaman Ibnu Taimiyah- dengan sesama mazhabpun turut disesatkan. Kita akan melihat contoh dari penyesatan pribadi-pribadi tersebut:
Adapun Ibnu Abdul Lathif, Ibnu ‘Afaliq dan Ibnu Mutlaq adalah orang-orang yang pencela ajaran Tauhid…namun Ibnu Fairuz dari semuanya lebih dekat dengan Islam” (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 halaman 78). Apa makna lebih dekat? Berarti mereka bukan Islam (baca: kafir) dan di luar Islam namun mendekati ajaran Islam. Padahal Muhammad bin Abdul Wahhab juga mengakui bahwa Ibnu Fairuz adalah pengikut dari mazhab Hambali, penjunjung ajaran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah. Bahkan di tempat lain, Muhammad Abul Wahhab berkaitan dengan Ibnu Fairuz mengatakan: “Dia telah kafir dengan kekafiran yang besar dan telah keluar dari millah (agama Islam)” (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 halaman 63)

Bagaimana ia tega mengkafirkan orang yang se-manhaj dengannya? Jika rasa persaudaraan terhadap orang yang se-manhaj saja telah sirna, lantas bagaimana mungkin ia memiliki jiwa persaudaraan dengan pengikut manhaj lain yang di luar manhajnya? Niscaya pengkafirannya akan menjadi-jadi dan lebih menggila.

Kita akan kembali melihat apa yang diungkapkannya kepada pengikut ajaran lain. Jika para ulama pakar fikih (faqoha’) dan ahli teologi (mutakklim) telah disesatkan atas dasar kebodohannya dan kebohongannya dengan mencatut tanpa bukti nama para ulama lainnya –seperti pada kasus di atas- maka jangan heran pula jika pakar ilmu mistik modern (baca: tasawwuf falsafi) seperti Ibnu Arabi pun dikafirkan sekafir-kafirnya. Bahkan dinyatakan bahwa kekafiran Ibnu Arabi yang bermazhab Maliki itu dinyatakan lebih kafir dari Fir’aun. Bahkan bukan hanya sebatas pengkafiran dirinya terhadap pribadi Ibnu Arabi saja, tetapi Ibnu Abdul Wahhab telah memerintahkan (baca: mewajibkan) orang lain untuk mengkafirkannya juga. Dia menyatakan: “Barangsiapa yang tidak mengkafirkannya (Ibnu Arabi) maka iapun tergolong orang yang kafir pula”. Dan bukan hanya orang yang tidak mau mengkafirkan yang divonis Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai orang kafir, bahkan yang ragu dalam kekafiran Ibnu Arabi pun divonisnya sebagai orang kafir. Ia mengatakan: “Barangsiapa yang meragukan kekafirannya (Ibnu Arabi) maka ia tergolong kafir juga”. (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 halaman 25)

Kini, kita akan melihat satu contoh saja, berkaitan dengan pengkafiran Syiah, mazhab Islam di luar Ahlusunnah. Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi pernah menyatakan: “Barangsiapa yang meragukan kekafiran mereka maka iapun tergolong orang kafir” (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 halaman 369). Muhammad bin Abdul Wahhab ‘mengaku’ bahwa ungkapan ini berasal dari al-Muqoddasi yang diterima oleh pemikirannya. Padahal Ibnu Taimiyah yang juga tidak suka terhadap Syiah –dilihat dari berbegai buku karyanya- tidak pernah sampai mengeluarkan Syiah dari Islam (pengkafiran), paling maksimal ia telah menvonis Syiah sebagai ahli Bid’ah saja. Atas dasar pengkafiran itulah maka jangan heran jika para pengikut Wahhaby hingga hari ini sangat menentang segala usaha untuk persatuan antara mazhab-mazhab Islam, terkhusus persatuan Sunni-Syiah. Bahkan mencela ulama-ulama Ahlusunnah –apalagi ulama Syiah- yang melakukan usaha tersebut.

Jadi jelaslah dari sini, jangankan Syiah –yang di luar Ahlusunnah- ataupun Tasawwuf, para ulama pakar teologi dan fikih dari Ahlusunnah pun ia kafirkan. Dan jangankan para ulama Ahlusunnah dari empat mazhab –Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali- yang ada, terhadap sesama penghidup ajaran Ibnu Taimiyah pun divonisnya sebagai kafir. Lantas, para pembaca yang budiman, silahkan anda nilai, mungkinkan ajaran sekte pengkafiran semacam ini akan bisa tersebar dengan ‘baik’ sehingga dapat menelorkan ketentraman, apalagi di bumi Indonesia yang menjunjung tinggi tenggang rasa dan jiwa gotong royong? Hanya di tanah Arab badui saja, ajaran ini bisa hidup, karena kekakuan ajaranya. Mungkinkan sekte pengkafiran ini mampu mewakili sebagai ajaran suci Rasul yang dinyatakan sebagai “Rahmatan lil Alaminin”?

Bersambung…

13 Tanggapan to “Pengkafiran Wahhaby (2); Muhammad bin Abdul Wahhab dan Pengkafiran Beberapa Tokoh”

  1. Ali murni said

    Kaum Salafi atau salaf gadungan beriman kepada siwahab (wahabi) yg sombong (org yg merasa paling benar) padahal dia hidup pada zaman kolonial (yahudi) dan membantu kolonial untuk menghancurkan islam. Mana mungkin ajaran siwahab itu murni spt dikehendaki nabi, lah wong hidupnya jauh setelah sahabat nabi. Ujarnya murni, tapi cara memahami Alquran saja sama dengan orang yahudi memahami kitabnya. Masa tuhan bertangan. Kalau seandainya DAJAL turun pasti kaum wahabi yg pertama beriman sama dajal. Karena dajal ngaku sbg tuhan. Dan juga bertangan dan bisa duduk. Ajaran inilah tauhid yg murni katanya. Kalau org salafi pintar ilmu tauhid pasti mereka tidak mau dikatakan bahwa tuhan mereka seperti dajal. Orang salafi itu tidak mempelajari sejarah dan keadaan lingkungan org yg diimaniya. Org salafi hanya taklid buta sama si wahab itu. Padahal siwahab itu sudah dibodohi yahudi. Alasanya adalah yahudi mau mencari pengikut supaya percaya sama dajal. Sehingga kaum muslimin menjadi sedikit jumlahnya. Dan nanti akhirnya apa yang di khayalkan org yahudi yaitu tata dunia baru atau zaman tuhan yg ditunggu, akan menjadi kenyataan. Tuhan yg ditunggu itu adalah dajal itu sendiri. Kalau org islam sudah banyak jadi kaum wahabi maka dg sendirinya kaum yahudi jadi bertambah. Sehingga terciptalah tata dunia baru yang dicita-citakan yahudi. Munkin saja nanti banyak dari kalangan islam yg masuk wahabi. Dan menyangka dia org islam tulen tapi nyatanya dia menjalankan misi yahudi. Memang yahudi itu rajanya kelicikan, pintar menipu dan ahli dusta dan tukang robah agama. Bukan agama Islam saja yang mau dirusaknya kitab injilpun direkayasanya. Agama kristen itu buatan yahudi. Supaya org tidak marah sama mereka, karena telah menyalib yesus. Maka dibilangnya sama orang bahwa mereka diperintah oleh tuhan untuk menyalib yesus untuk jadi tumbal membebaskan dosa manusia. Org bodohpun percaya, sehingga berdirilah agama kristen. Sedangkan si yahudi terbebas dari hukuman membunuh dan dendamnya terpuaskan (standar ganda). Begitu juga Dg cara halus sekali dia menipu si wahab dan pengikutnya. Juga terjadi standar ganda. Yaitu si wahab dkk tidak merasa terusik terhadap yahudi (merasa murni) sedangkan yahudi otomatis pengikutnya bertambah. Kalau org yg belajar tauhid yg benar tidak akan bisa tertipu oleh yahudi. Walau yahudi itu licinya kayak belut. Tidak mungkin tuhan bertangan. Duduk di kursi. Tidur di aras dll. Tangan, duduk semayam itu majaz. Sama saja dg bhs indonesia. Ada makna majazi dan ada makna haqiqi. Contoh : pecah genderang telingaku mendengar ocehanmu.(makna majazi)pecah gendrang telinganya karena tertabrak motor. (Makna haqiqi) kalau kaum salafi wahab kedua-duanya makna haqiqi. Pecah telinga dengar ocehan orang. Mustahil. Itu gara-gara Karena takut syirik. Salah makna nggak apa-apa. Tapi bilang tuhan bertangan tidak takut. Tuhan bertangan tidak syirik.Kalau kami kaum tua (NU) Makna pertama ocehannya tidak enak didengar karena terlalu pedas. Sedangkan makna kedua benar-benar gendrang telinganya pecah. Sekian. Komentar ditulis dg bahasa sederhana supaya dengan mudah dicerna oleh kaum salafi. Tidak ada majaznya. Nanti salah lagi mereka memahaminya kalau banyak majaz.

  2. Ali murni said

    Segala sesuatu itu jangan semuanya di telan mentah-mentah. Kalau ilmu berdasarkan apa yang terlihat dan tidak di proses oleh otak (dalil naqli) maka ilmu itu ilmu makhluk tingkat rendah. Alias ilmu kera. Nenek moyang darwin dkk. Joba lihat kera, tidak pernah memasak makanannya. Tetapi sekarang keranya sudah jadi ahli fikir. Darwin yahudi dkk. Tapi sifat telan mentah-mentah masih ada pada keturunannya. Kalau kita sebagai manusia disuruh membaca. Dan menganalisis dengan otak dan kitapun disuruh memahami sgl sesuatu yg tidak bisa dijangkau oleh akal dengan rasa. Sedang petunjuknya ada dalam ayat ayat Allah yang maha besar. Maha berkuasa. (yadun). Bukan maha bertangan. Kalau maha bertangan, berarti maha besarnya sama dengan maha besar dajal. Sehingga identik lagi dg cara berfikir darwin. Hayo ! Silahkan dukung darwinmu itu.

  3. minul said

    hehehe saya hanyalah seorang pemuda islam biasa,,,saya hanya ingin menyoroti penulisan artikel ini secara ilmiah saja yang saya lihat dari 2 sisi (bukankah islam itu ilmiah,iya kan hehehe),
    >pertama kenapa penulis hanya menggunakan satu pedoman untuk membahas abdul wahhab (apakah tidak ada acuan lainnya,,????krna menurut saya jika hanya menggunakan satu acuan seperti yg penulis gunakan saya pikir kurang adil),bagaimana dengan tanggapan ulama2 yang lain terhadap abdul wahhab??,,saya rasa akan lebih adil jika anda menyampaikannya,,,ato anda hanya percaya dengan kata2 pengarang buku tersebut (ko kayak taklid (bener ga tu bahasany) ya,,)
    >kedua apakah anda yakin dengan yang anda jadikan pedoman untuk pembahasan ini benar-sebenarnya, baik ucapan abdul wahab dalam buku yang anda jadikan pedoman (masalahnya jika ternyata tidak, maka dosanya ini akan sangat berat sekali,benar kan,,),,bagaimana dengan kesolehan si pengarang buku tersebut,bukannya saya menuduh ato bagaimana tapi alangkah lebih baik juga klo anda menerangkan kesolehan si pengarang buku karena saya pun tidak mengetahui pengarang buku tersebut,,seperti imam syafii yang di akui kesolehannya oleh imam hanbal,,coba tolong ditunjukkan,lebih adil kan,,,
    >thanks banget ya,udah bisa komen,,,oiya satu lagi,ko tanggepan dari mas ali murni ko aga kasar ya,emangny tidak ada kata2 yng baik,bukankah islam ngajarin untuk berkata2 yang baik klo tidak bisa berkata baik maka diam (bener ga,,)yu thanks ya,,,ini hanya opini dari seorang muslim yang sedang berusaha untuk berbuat baik hehehe piss,,,

  4. Ali murni said

    Kalau kita berfikir, segala sesuatu peristiwa, bisa kita ketahui apa dibalik peristiwa itu. Sebelum ajaran wahabi timbul. Ajaran tajsim yg di bawa ibnu taymiyah tidak begitu populer di tanah arab. Setelah yahudi mengetahui, bahwa ajaran tajsim dari ibnu taymiah mirip dg ajaran yahudi. Maka timbul ide dari yahudi untuk memasang standar ganda. Yaitu ingin memecah persatuan umat islam, menambah pengikut dari agama lslam yg seakidah dg mereka. Untuk itulah yahudi mati-matian membela dinasti baru di arab saudi yang membawa angin segar bagi kepentingan yahudi.

  5. Ali murni said

    Karena Ajaran salafi bersumber dari wahab (wahabi) aliran salaf murni berasal dari ALQURAN HADIS IJMA’ QIYAS (AHLI SUNAH WALJAMA’AH) Ajaran wahabi timbul baru sekitar abad ke 18 (yg ngaku asli dan tidak ada campur tangan ulama). Alquran tidak boleh di tafsir. Dan banyak lagi pantangan lainnya

  6. Ali murni said

    Saya memaparkan dengan jelas supaya kita jangan mengikuti cara yahudi atau cara darwin untuk memahami kebenaran agama. Karena cara mereka itu sudah final yaitu sesat. Saya mengatakan mereka itu tajsim menyerupakan tuhan dg manusia atau makhluk, oleh karena itu supaya orang salafi jangan seperti itu. Tetapi kenapa kok bilang aku kasar. Tujuannya supaya lebih ngerti. Kalau nggak gitu nggak ngerti. Supaya jelas hubungan dan permasalahannya.

  7. HURAIRAH.AND.JERRY said

    Ass wr.wb
    Ini sedikit sejarah asal muasal berdirinya mazhab Wahbabi.
    masa kecil nya Muhamma bin Abdul wahbab terkenal sangat nakal, jangankan tetangga Ayah dan saudara-saudaranya saja tidak suka dengan sikap si wahbab ini. setiap dia melakukan kesalahan ayahnya selalu menghukumnya dengan mengikat dia dibatu nisan (kebetulan disamping rumah nya ada perkuburan )tanpa busana. Kadang sampai berhari hari dia disitu.sampai lubang bawahnya (anus) dimasuki semut dan itu terjadi berkali kali. dan disebelah rumah ayahnya ada perkumpulan maulid yang hampir tiap hari banyak yang berkumpul untuk membaca dan belajar Rawi (kitab barjanji), karena si wahbab tidak pernah mau berkumpul di situ dan bahkan sering mengganggu,jadi mereka selalu meolok olok si wahbab.dari perkumpulan itu banyak menghasilkan ulama-ulama besar.Dari sini kita bisa memahami kenapa dalam ajaran nya selalu kontropersial. misal nya mengharamkan ziarah kubur, menghancurkan kuburan di perkuburan Baqi membuang Nisan -nisan kuburan, mengharamkan maulid. mengkafirkan para Ulama dll. Tapi disini ada suatu rahasia yang jarang orang tau.ternyata selain men sunahkan memanjangkan jenggot dia juga men sunahkan memanjangkan bulu pantat. ini diketahui oleh seorang ilmuan dari Amerika, ketika meneliti seorang penganut wahbab yang berobat kepadanya.Penganut tersebut mengeluh karena setiap buang air besar kenapa tinjanya selalu terbelah dua. ini juga membuat heran ilmuan tersebut, maka dibentuklah tim untuk meneliti. Semua isi perut diperiksa tapi tidak ditemukan penyakit, kondisi semua dalam keadaan sehat ( kecuali jiwa ).Ini membuat heran para ilmuan apa lagi setelah tau bahwa kawan kawan si sakit juga seperti itu walhasil tim ilmuwan menemui kesulitan mengobati, akhirnya ketika diperiksa bagian anus ditemukan beberapa bulu pantat saling mengait ( kusut )itu yang menyebabkan tinja nya selalu belah dua. dengan persetujuan imam wahbab, mereka menggunting bulu pantatnya. setelah dilihat ushul Fiqih mereka mengenai memanjangkan bulu pantat. ini ada hubungannya dengan trauma masa kecil muhamma bin abdulwahbab yaitu anusnya selalu dimasuki semut ketika di ikat dibatu nisan.

    Jadi Harap dimaklumi kalau Penganu Wahbab belaku menyimpang dari Agama.

    NB: ini cuma intermezo jangan dimasukin kehati Ya !

    Wassalam

  8. HURAIRAH.AND.JERRY said

    Kalau membahas Wahabi jangan terlalu njelimet mereka ga Faham ajarannya berdasarkan dogma, semua buku yang bertentangan dengan faham wahabi tidak boleh masuk kenegaranya . ini jangan kita lakukan ini sama juga pemberangusan akal. biarkan orang yang difitnah punya hak jawab.

  9. yudi said

    ini hanya sebagai tambahan aja , kalau kita menyebut wahabi untuk orang yang mengikuti muhammad bin abdul wahab maka itu kayaknya kurang pas karena wahab adalah bapaknya semestinya muhammadi.
    dan juga harus dibedakan antara wahabi dan salafi karena wahabi itu nisbat kepada wahab (abdul wahab)dan salafi itu di nisbatkan kepada salafus sholih dari segi cara beragamanya dan tidak terikat dengan perorangan /kelompok , karena mengikuti salaf (sahabat)adalah haq

    _____________________
    -bicara salafy-

    kalau kita menyebut wahabi untuk orang yang mengikuti muhammad bin abdul wahab maka itu kayaknya kurang pas karena wahab adalah bapaknya semestinya muhammadi…

    Mas kenapa madzhab Hanbali yang pendirinya bernama Imam Ahamad bin Hanbal ra tidak disebut “Madzhab Ahmadi”? begitu juga Madzhab Syafi’i tidak disebut “Madzhab Muhammadi” padahal pendirinya bernama Muhammad ibn Idris ibn Abbas ibn Utsman ibn Syafi’, jadi penisbatan itu dikembalikan kenama kakeknya yang keempat.

    Bahkan yang mengherankan ialah ternyata Shaleh ibn Fauzân –yang keberatan digunakannya istilah Wahhabi- ternyata dengan serampangan menggunakan istilah Surûriyah untuk pengikut Muhammad ibn Surûr ibn Nâyif ibn Zainal Âbidîn. Mengapa ia tidak menamainya dengan nama Muhammadiyah/Muhammadi mengingat pendiri/pimpinan kelompok itu bernama Muhammad dan bukan Surûr?!!

    buat mas yudi untuk jelasnya soal ini anda bisa baca artikel di blog ini yang berjudul:

    Mengapa mereka enggan disebut Wahhabi? 1

    mas apa bedanya wahhabi dengan ajaran salafy? bukankah salafy adalah produk pemikiran Ibnu Abdulwahhab juga, hanya mereka enggan disebut wahhabi lalu dibikinkan nama sok keren yaitu “salafy” untuk menipu awam.

    mas anda mengatakan mengikuti salaf (sahabat)adalah haq, mau nanya ya dalilnya apa bahwa mengikuti sahabat itu haq?

  10. Fizi said

    Assalamu’alaikum wr wb.Sya jg tdk hbis pkir,knp saudara wahabi yg mengtkn drinya salafi selalu memfonis saudara sesama muslimnya. Pakah ajaran Rasulullah saw yg sma2 qt sngat cintai mengajarkn qt memfonis sesama muslim,ya kmulh sesat,kafir n sbgaix.Sya gk bsa brkmntr byak,sya cma mau brusha trus mnjlnkn pa yg Allh swt trunkn kpada rasullah saw,sahabt,para ulama.Wsslm.

  11. faiz said

    ass. jangan hanya bisa ngomong dengan akal saja, Qur’an mengatakan akal manusia sangat terbatas, alis sedikit saja, jadi jangan pada sombong2 dengan argumentasi anda, kalo anda hanya bisa mencela, sementara anada tidak memahami celaan anda maka yakinlah anda akan menyesal dengan ucapan anda..contoh soal.1
    kalo anda mencela wahabi, pelajari dulu siapa Wahabi itu sendiri dari sumber yang benar/haq, begitu pula masalah salafy, jgn hanya memvonis salafy tukang mengkafirkan kaum muslimin tapi pelajari dulu salafy itu apa……..Tau ga……….

  12. Pelita said

    Pengikut wahabi leterlek, kaku, anti akal, mempergunakan akal dalam memahami agama sama saja memperturutkan hawa nafsu atau dg kata Akal setara dg nafsu. Akal tingkatannya sangat rendah bagi wahabi. Sedangkan Islam di peruntukan bagi org yg berakal. Dalam Quran sendiri banyak menyuruh orang untuk berfikir. Tapi mereka takut berfikir karena akal mempunyai posisi yg rendah sehingga apabila kita memikirkan ayat-ayat Allah maka kita akan sesat. Padahal ada petunjuk berfikir dalam Quran itu sendiri supaya kita tidak sesat. Tapi si wahabi tetap tidak terima karena sudah terlanjur merendahkan akal. Makanya mereka benci sama para filosof dan para ilmuwan islam, Seperti Harun Yahya, ibnu sina dll. Sampai sekarang mereka tidak mempercayai bumi bulat karena cara berfikir mereka yg leterlek. Bumi terhampar di ceritakan tuhan dlm Quran. Memang bumi terhampar terlihat karena besarnya bola bumi sehingga manusia bisa hidup di atasnya. Bukan terhampar luas dan bertepi langit seperti terlihat oleh mata kita.

    • prabu minakjinggo said

      saya setuju sama sdr. pelita, beberapa kali saya berdebat dengan orang wahabi, pengalaman saya persis seperti yang anda tuliskan. otot lebih dominan daripada otak mereka.

Tinggalkan Balasan ke Ali murni Batalkan balasan