Mereka Bicara Salafy & Wahabi

nGumpulin Tulisan Menyorot Salafy Wahabi

Sanggahan Orang Tua Nabi Kafir

Posted by bicarasalafy pada Desember 19, 2009

Sanggahan Orang Tua Nabi Kafir

SUMBER: Forsan Salaf

Ahmad dawilah <dawileh@yahoo.co.id>

ass ana mau tanya menurut akidah habaib bagaimana hukum orang tua nabi mukmin ato musrik?

FORSAN SALAF menjawab :

Dalil golongan yang menyatakan orang tua Nabi masuk neraka adalah hadits riwayat Imam Muslim dari Hammad :

أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah “ Ya, Rasulullah, dimana keberadaan ayahku ?, Rasulullah menjawab : “ dia di neraka” . maka ketika orang tersebut hendak beranjak, rasulullah memanggilnya seraya berkata “ sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka “.


Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh  :

“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّّرْهُ بِالنَّارِ”

Sesungguhnya A’robi berkata kepada Rasulullah SAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “

Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.

Ma’mar dan Baihaqi disepakati oleh ahli hadits lebih kuat dari Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus didahulukan dari riwayat Hammad.

Dalil mereka yang lain hadits yang berbunyi :

لَيْتَ شِعْرِي مَا فَعَلَ أَبَوَايَ

Demi Allah, bagaimana keadaan orang tuaku ?

Kemudian turun ayat yang berbunyi :

{ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيْراً وَنَذِيْراً وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيْم }

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.

Jawaban :

Ayat itu tidak tepat untuk kedua orang tua Nabi karena ayat sebelum dan sesudahnya berkaitan dengan ahlul kitab,  yaitu :

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk) (Q.S. Albaqarah : 40)

sampai ayat 129 :

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Semua ayat-ayat itu menceritakan ahli kitab (yahudi).

Bantahan di atas juga diperkuat dengan firman Allah SWT :

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا

“dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”

Kedua orang tua Nabi wafat pada masa fatroh (kekosongan dari seorang Nabi/Rosul). Berarti keduanya dinyatakan selamat.

Imam Fakhrurrozi menyatakan bahwa semua orang tua para Nabi muslim. Dengan dasar berikut :

  • Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ : 218-219 :

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.

Sebagian ulama’  mentafsiri ayat di atas bahwa cahaya Nabi berpindah dari orang yang ahli sujud (muslim) ke orang yang ahli sujud lainnya.

Adapun Azar yang secara jelas mati kafir, sebagian ulama’ menyatakan bukanlah bapak Nabi Ibrohim yang sebenarnya tetapi dia adalah bapak asuhNya dan juga pamanNya.

  • Hadits Nabi SAW :

قال رسول الله  (( لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات ))

“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”

Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”

  • Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan penyembah berhala.

Jika anda ingin mengetahui lebih banyak, maka bacalah kitab Masaliku al-hunafa fi waalidai al-Musthafa” karangan Imam Suyuthi.

21 Tanggapan to “Sanggahan Orang Tua Nabi Kafir”

  1. M. Abdullah Hanib said

    Saya yakin haqqul yaqin bahwa kedua ibu bapa Nabi Muhammad saww adalah orang yang beriman. Hadits-hadits yang memberi kesan bahwa Ibu dan Bapa Nabi meninggal dalam kekafiran -menurut saya- hadits2 tsb mengusung kepentingan tertentu.

    Yang lebih aneh, adanya sebuah hadits berikut :

    استأذنت ربي أن أستغفر لأمي فلم يؤذن لي واستأذنته أن أزور قبرها فأذن لي ” .

    Artinya : ” Aku minta izin Tuhanku memohonkan ampun untuk ibuku maka aku tidak diizinkannya, dan aku minta izin untuk menziarahi kuburnya (ibuku), maka aku diizinkannya.

    Hadits diatas diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Huroiroh.

    Coba anda simak Hadits diatas dan bandingkan dengan al-Quran yang justru memerintahkan Nabi untuk mendoakan kedua orang tuanya

    Allah berfirman :

    وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

    Artinya : Dan katakan (doakan) Ya Tuhanku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua mengasuhku diwaktu kecil.

    (QS. Al-Isro’ : 24 )

    Beliau diperintahkan Allah mendoakan kedua orang tuanya Bagaimana mungkin Beliau minta izin untuk mendoakan dan kemudian tidak diizinkan. Benar-benar aneh.

    • Nutatinuberak said

      Cara anda memotong ayat Al Qur’an sama dengan kaum kafir memotong ayat Al Qur’an yg mengatakan “perangilah org. kafir dimanapun mereka berada”….yg seolah2 Islam itu sadis…

      • M. Abdullah Habib said

        @Nutatinuberak

        Menurut anda bagaimana maksud ayat tersebut, kepda siapa khithob dan siapa yang diperintahkan untuk mendoakan orang tuanya ?

        Dimana kemiripan saya dalam memotong ayat sehingga seperti orang kafir ?

  2. badar said

    Alhamdulillah, akhirnya saya temukan jawabannya. selama ini wahabi sengaja menghina junjungan kita NABI MOHAMMAD SAW beserta keluarga dan sahabatnya. mereka memang tidak butuh syafaat Beliau, karena insyaALLAH mereka penghuni neraka yg paling dalam.

    • Abu Ayaz said

      Afwan ya akhi, antum berkata, “insyaALLAH mereka penghuni neraka yg paling dalam.”

      Hati2 lisan antum dalam memvonis seseorang dengan vonis neraka. Janganlah antum menghapus amal shalih antum sendiri selama ini.

      Jangankan kepada sesama muslim yang berbeda pemahaman dengan antum ya akhi, kepada pelaku maksiat sekalipun, antum tidak bisa memvonisnya dengan neraka.

      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
      “Dahulu kala ada dua orang dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa, sedangkan yang satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan mengingatkan temannya agar menjauhi dosa.

      Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya:
      “Berhentilah berbuat dosa!”.
      Karena terlalu seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata: ”
      Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku terus?”

      Yang rajin beribadah itu akhirnya berang dan berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu!”, Atau, “Demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga!!”.

      Akhirnya Allah mencabut arwah keduanya dan dikumpulkan di sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang rajin beribadah: “Apakah engkau tahu apa yang ada pada diri-Ku, ataukah engkau merasa mampu atas`apa yang ada di tangan-Ku?”
      Allah berkata kepada yang berbuat dosa: “Masuklah engkau ke dalam surga karena rahmat-Ku”.
      Dan Dia berkata kepada yang rajin beribadah: “Dan engkau masuklah ke dalam neraka!”.

      Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” [HR. Abu Dawud no. 4901, Ahmad 2/323, dishahihkan oleh Ahmad Muhammad`Syakir dalam Syarh Musnad no. 8275. Lihat pula al-Misykah no. 2347].

      Berkata Imam Ath-Thahawi rahimahullâh: “Kita tidak mengkafirkan seorangpun dari kalangan Ahlul Kiblat karena dosanya, selama dia tidak menghalalkannya, kita juga tidak mengatakan bahwasanya dosa tidak bermudharat terhadap keimanan bagi orang yang melakukannya.” [Syarhul Aqidah Ath-Thahawiyah hal 316].

      • asy_syairah said

        seharusnya kata2 abu ayaz dipake oleh orang2 wahaby sebelum mereka mau menyesatkan orang2 islam diluar sekte wahaby nya, jgn baru dikeluarkan ketika ada orang yang menyerang orang wahaby baru dikeluarkan sebagai “TAMENG” !!!

        ingat ramalan Nabi yang Mulia tentang fitnah tanduk setan yang keluar dari ” NAJED “…

  3. Aim said

    itulah wahabi …
    mereka anggap nabi mereka sbg anak orang kafir & berasal dr sulbi org2 kafir ahli neraka … Nauzubillah
    Kalau keluarga suci & terhormat macam bani hasyim ayah & dato nabi saja mereka anggap kafir lalu kaum arab mana saat itu yg beriman ??

  4. Dimas Joko said

    @M. Abdullah Hanib…
    maap aku hrs mengoreksi dirimu saudaraku, krn km keliru menarik kesimpulan dan salah memetik pelajaran.
    kalo km mengutip ayat atau hadits, perhatikan konteks, asbabun nuzul dan asbabul wurud dan juga jgn dipotong-potong manasuka.tdk baik, sebab dgn begt kaidah dan etika akademik/ilmiah (memakai bahasa org kuliahan) dan jg adab-adab dlm blajar agama, tanpa sadar, km lupakan.sekali lg ini cm koreksi dan mengingatkan.not more…tlg dimengerti
    Pertama, Al Isra’ ayat 24 tdk bs km potong dgn melupakan Al Isra’ ayat 23-31, ttg tata krama pergaulan kpd semua umat Muslim. artinya, Al Isra’ ayat 24 tdk berlaku khusus bagi Nabi saw melainkan lbh tertuju pada kita semua, umat Muslim, ttg perintah Allah agar kita berbuat baik kpd kedua orangtua dan kerabat…
    Jelas sekali Nabi saw harus melafalkan ayat 24 tsb krn ayat itu mesti beliau sampaikan kpd umat Muslim (tabligh=menyampaikan).terutama, cermatilah Al Isra’ ayat 23, jgn km penggal lgs ke Al ISra’ ayat 24 terus menisbatkannya utk menghukumi suatu perkara.
    Kedua, jgn terlalu terburu-buru utk menyikapi suatu hadits atau perkataan yg seolah spt hadits (kdg sebagian umat Muslim keliru memahami dan membedakan mana hadits shahih, hadits maudhu’ hadits hasan, hadits rusak, mana atsar (perkataan para sahabat Nabi saw), mana perkataan ulama/guru2 agama/kiai. ingatlah Al Isra’ ayat 11: “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
    Aku mengajakmu utk bertanya lgs pada ahlinya, ahli yg jujur, adil dan berkompeten, jk ada suatu persoalan yang meragukan kita krn apabila kita ragu2, kita dianjurkan utk meninggalkannya, duhai saudaraku.
    aku memberimu url yg bs km baca lantas km cek sumber-sumbernya (sesuai etika akademik/ilmiah yg kumaksud di atas, dgn melacak sendiri buku2 tsb), kalau perlu tanyakan pd pakarnya. jgn cm bertanya pada satu org, kalau perlu bbrp org. hal ini krn kdg dlm pengadilan pun, para hakim bs memiliki disenting opinion sesuai kadar keilmuan dan pengalaman mrk sbg penegak hukum.
    berikut url yg bs km lacak:
    http://www.abunaylas.co.cc/2010/03/koreksi-kitab-barzanji.html
    http://www.abunaylas.co.cc/2010/03/keislaman-kedua-orang-tua-nabi.html
    http://www.abunaylas.co.cc/2010/03/kedua-orang-tua-nabi.html
    dan jg kitab tafsir Ibnu Katsir dan tafsir2 lainnya, khususnya Al Baqarah ayat 62, At Taubah 113-114, berikut asbabun nuzul dan riwayat-riwayat yg menjelaskannya.ingatlah, ada tingkatan2 dlm hadits mulai dr shahih, hasan, terus turun sampai dhaif, maudhu’ dst
    aku mencintai Nabi saw dan seluruh keluarganya (keturunan beliau), namun ada hal2 tertentu yg mgk kita sbg manusia tdk tahu krn keterbatasan ilmu kita.mgk hal2 yg tdk kita ketahui itu skrg ini sdg diperdebatkan, kdg dgn peperangan, dan srg mengecewakan.jgn buru2 dilepaskan kekecewaan itu krn siapa tahu, Allah menyimpan hikmah yg besar di baliknya.
    silsilah Nabi saw ke atas dan ke bawah memang mulia, namun itu bukan suatu jaminan bahwa mrk yg masuk ke dalam silsilah tsb semuanya org2 yg mulia. contohnya Abu Thalib, Abu Lahab dan anak2 Abdul Muthalib yg musyrik lainnya. Apalagi, setiap org itu menanggung dosa dan amalan msg2, tdk ada lagi gunanya hubungan kekerabatan kala sdh di Akhirat nanti.
    benar, Nabi saw berhak memberi syafaat (semoga kita termasuk yg mendapatkannya, amin), namun, syafaat itu ada batasan-batasannya. yg membuat batasan2 itu ya, Allah sendiri.
    semoga bermanfaat… 🙂

  5. Abu Naufal said

    Kafirkah Kedua Orang Tua Nabi ?

    ____________
    bicara salafy

    Ma’af blog ini bukan tempat menempel copy-paste!

  6. Abu Naufal said

    Sesungguhnya Para Salaf berhujjah dengan Dalil dari Al Quran dan Hadits dg penjelasan dan tafsir yang haq krn mencintai keduanya dan bukan dg hawa nafsu. . .
    Tidak ada yang paling mencintai Ahli Bait kecuali para Salaf ahlu sunnah wal Jama’ah krn Nabi mewasiatkan hal tsb kepada ummatNya. . dan para ahli bait sangat mencintai para sahabat (yg menjadi penghulunya para Salaf) shg mereka menamakan anak-anaka mereka dg Nama Abu Bakar, Umar dan Utsman pula. . namun kecintai thd ahlul bait adalah sesuai dg kedudukannya. . krn ahli bait sendiri oleh Nabi tdk dijamin dg surga kecuali yg telah dikabarkan sbg ahli surga atau mereka bertaqwa kpd Alloh dg sabdanya, “Fatimah beramallah sebanyak-banyaknya, sebab aku tidak dapat menyelamatkan kamu.”
    Para Ahli bait adalah keluarga Nabi dan istri-istri Nabi serta keturunannya adalah kecintaan para Ahlu Sunnah dan menempatkan mereka di kedudukan yg tinggi namun tdk ghuluw dan berlebihan apalagi mengkultuskan mereka. . .

    • M. Abdullah Hbib said

      To Abu Naufal

      Anda berkata ” : ” Sesungguhnya Para Salaf berhujjah dengan Dalil dari Al Quran dan Hadits dg penjelasan dan tafsir yang haq krn mencintai keduanya dan bukan dg hawa nafsu. . .”

      Ucapan anda sangat tidak benar kawan, Para salaf ( para pendahulu ) tidak semua berdalil pada al-quran dan Sunnah. Para salaf ada yang salih dan ada yang tholih. Abu Jahal, Abu Lahab adalah salaf (karena mereka hidup sebelum kita bahkan hidup di masa Nabi, tetapi toh mereka tetap dalam kekafiran.

      Hendaknya kita selalu Ihtirom dengan Salaf yang Salih dan meninggalkan kebiasaan Salaf Thalih (jahat). Anda harus bisa membedakan salaf salih dan salaf salah kawan, baru kemudian mulai coret-coret. OK ?

  7. M. Abdullah Habib said

    To Dimas Joko

    Gini aja mas joko yg merasa pandai berbicara selayaknya orang yang sudah kuliah. Apa anda setuju ayah dan Ibu Nabi Kita wafat dalam kekafiran ? Kalau memang pikiran anda setuju dengan kesimpulan yang begitu saya siap mendiskusikan hal ini dengan anda.

    Dimana saya bisa diskusi dengan anda. Dengan anda lho gak usah keroyokan biar permasalahan cepat diambil kesimpulan

  8. M. Abdullah Habib said

    URL yang anda tujuk saya sudah mengunjungi dan ternyata bertaburan fitnah dari pada data ilmiyah. Diantaranya pernyataan bahwa umat islam yang suka barzanji menganggap kitab barzanji lebih mulia dan mendapat perhatian yang lebih dari pada al-quran. Ini jelas-jelas fitnah kawanku. Saya melihat banyak yang hafidz al-quran dari mereka yang senang membaca barzanji.

    Jangan asal tuduh kawan biar anda tidak kuwalat donyo kerat

  9. jin said

    nabi berasal dari keturunan orang orang yg ber iman yaitu dari nabi ibrahim.
    jika ada yg menjelek jelekan nabi muhammad SAW sesungguhnya dia tidak tahu apa” tentang ISLAM dan mereka hanya melihat dari kejelekannya saja.
    sungguh hanya hidup sesudah mati yg bisa menyadarkan mereka apakah mereka benar.

  10. Abu Ayaz said

    Assalaamu ‘alaukum wa rohmatullah.
    Dalam hadits hadits yang shahih riwayat Muslim di riwayatkan:

    عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

    “Dari Anas bin Malik bahwasanya seorang laki-laki berkata : Wahai Rasulullah di mana ayahku ? Nabi bersabda : ‘ di neraka’ . Ketika orang tersebut berpaling, Nabi memanggilnya lagi dan bersabda : ‘Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di an-naar (neraka) (H.R Muslim).

    Imam AnNawawi menjelaskan dalam Syarh Shohih Muslim tentang hadits di atas :
    (dalam hadits ini terkandung faidah) : ” Bahwasanya barangsiapa yang meninggal dalam keadaan kafir, maka dia masuk anNaar, dan tidaklah bermanfaat baginya kedekatan hubungan kekeluargaan dengan orang-orang yang dekat (dengan Allah). Di dalamnya juga terkandung faidah bahwa orang yang meninggal dalam masa fatrah, yang berada di atas kebiasaan orang Arab berupa penyembahan berhala, maka dia termasuk penghuni annaar. Dan tidaklah dianggap bahwa dakwah belum sampai pada mereka, karena sesungguhnya telah sampai pada mereka dakwah Nabi Ibrahim, dan Nabi yang lainnya -semoga sholawat dan keselamatan dari Allah tercurah untuk mereka.

    Sedangkan berkaitan dengan ibunda Nabi, terdapat penjelasan dalam hadits yang shohih, Nabi bersabda :

    اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لِأُمِّي فَلَمْ يَأْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِي

    “Aku memohon ijin kepada Tuhanku untuk memohon ampunan bagi ibuku, tetapi tidaklah diijinkan untukku, dan aku mohon ijin untuk berziarah ke kuburannya, dan diijinkan”(H.R Muslim dari Abu Hurairah)

    dalam riwayat Ahmad :

    إِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فِي الِاسْتِغْفَارِ لِأُمِّي فَلَمْ يَأْذَنْ لِي فَدَمَعَتْ عَيْنَايَ رَحْمَةً لَهَا مِنْ النَّارِ

    “Sesungguhnya aku meminta kepada Tuhanku ‘Azza Wa Jalla untuk memohon ampunan bagi ibuku, namun tidak diijinkan, maka akupun menangis sebagai bentuk belas kasihan baginya dari adzab anNaar” (hadits riwayat Ahmad dari Buraidah, al-Haitsamy menyatakan bahwa rijaal hadits ini adalah rijaalus shohiih).

    Dalam riwayat lain :

    عَنْ أبِي رَزِينٍ، قَالَ: قُلْتَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيْنَ أُمِّي؟، قَالَ:”أُمُّكَ فِي النَّارِ”، قَالَ: فَأَيْنَ مَنْ مَضَى مِنْ أَهْلِكَ؟، قَالَ:”أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ أُمُّكَ مَعَ أُمِّي

    ” dari Abu Roziin beliau berkata : Aku berkata : Wahai Rasulullah, di mana ibuku? Nabi menjawab : ‘Ibumu di an-Naar’. Ia berkata : Maka di mana ornag-orang terdahulu dari keluargamu? Nabi bersabda : Tidakkah engkau ridla bahwa ibumu bersama ibuku” (H.R Ahmad dan atThobarony, dan al-Haitsamy menyatakan bahwa perawi-perawi hadits ini terpercaya (tsiqoot)).

    Nabi tidak diijinkan untuk memohon ampunan bagi ibunya, disebabkan alasan yang disebutkan dalam AlQur’an :

    مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

    “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam” (Q.S atTaubah :113).

    Maka saudaraku kaum muslimin, telah jelas khabar dari hadits-hadits Nabi yang shohih bahwa sebenarnya ayah dan ibunda Nabi di an-Naar. Kita sebagai orang yang beriman merasa sedih dengan hal-hal yang membuat Nabi bersedih. Bukankah Nabi menangis sedih ketika beliau memintakan ampunan bagi ibundanya, namun Allah tidak ijinkan. Akan tetapi, dalil-dalil yang shohih di atas memberikan pelajaran penting bagi kita, bahwa kedekatan kekerabatan dengan orang Sholih, bahkan seorang Nabi, tidak menjamin seseorang untuk ikut-ikutan masuk surga. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Imam AnNawawi di atas. Sebagaimana juga Nabi mewasiatkan kepada keluarga-keluarga dekatnya :

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُرَيْشًا فَاجْتَمَعُوا فَعَمَّ وَخَصَّ فَقَالَ يَا بَنِي كَعْبِ بْنِ لُؤَيٍّ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي مُرَّةَ بنِ كَعْبٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ شَمْسٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي هَاشِمٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا فَاطِمَةُ أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنْ النَّارِ فَإِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا بِبَلَالِهَا

    ” Dari Abu Hurairah beliau berkata : Ketika turun firman Allah –QS Asy-Syuaroo’:213-(yang artinya) : ‘Dan berikanlah peringatan kepada kerabat dekatmu’, Nabi memanggil orang-orang Quraisy sehingga mereka berkumpul –secara umum dan khusus-Nabi bersabda : ‘Wahai Bani Ka’ab bin Lu-ay, selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Bani Murroh bin Ka’ab selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Bani Abdi Syams selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Bani Abdi Manaaf selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Bani Hasyim selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Bani Abdil Muththolib selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Fathimah selamatkan dirimu dari anNaar, sesungguhnya aku tidak memiliki kekuasaan melindungi kalian dari (adzab) Allah sedikitpun, hanyalah saja kalian memiliki hubungan rahim denganku yang akan aku sambung (dalam bentuk silaturrahmi)(H.R Muslim)

    Hanya kepada Allahlah kita berharap Jannah-Nya dan hanya kepadaNya kita memohon perlindungan dari an-Naar.

    Wallahu a’lam.

  11. Abu Ayaz said

    @ Badar :
    Afwan ya akhi Badar yang semoga antum di rahmati Allah,
    antum berkata, “insyaALLAH mereka penghuni neraka yg paling dalam.”

    Hati2 lisan antum dalam memvonis seseorang dengan vonis neraka. Janganlah antum menghapus amal shalih antum sendiri selama ini.

    Jangankan kepada sesama muslim yang berbeda pemahaman dengan antum ya akhi, kepada pelaku maksiat sekalipun, antum tidak bisa memvonisnya dengan neraka.

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    “Dahulu kala ada dua orang dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa, sedangkan yang satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan mengingatkan temannya agar menjauhi dosa.
    Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya:
    “Berhentilah berbuat dosa!”.
    Karena terlalu seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata: ”
    Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku terus?”
    Yang rajin beribadah itu akhirnya berang dan berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu!”, Atau, “Demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga!!”.
    Akhirnya Allah mencabut arwah keduanya dan dikumpulkan di sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang rajin beribadah: “Apakah engkau tahu apa yang ada pada diri-Ku, ataukah engkau merasa mampu atas`apa yang ada di tangan-Ku?”
    Allah berkata kepada yang berbuat dosa: “Masuklah engkau ke dalam surga karena rahmat-Ku”.
    Dan Dia berkata kepada yang rajin beribadah: “Dan engkau masuklah ke dalam neraka!”.
    Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” [HR. Abu Dawud no. 4901, Ahmad 2/323, dishahihkan oleh Ahmad Muhammad`Syakir dalam Syarh Musnad no. 8275. Lihat pula al-Misykah no. 2347].

    Berkata Imam Ath-Thahawi rahimahullâh: “Kita tidak mengkafirkan seorangpun dari kalangan Ahlul Kiblat karena dosanya, selama dia tidak menghalalkannya, kita juga tidak mengatakan bahwasanya dosa tidak bermudharat terhadap keimanan bagi orang yang melakukannya.” [Syarhul Aqidah Ath-Thahawiyah hal 316].

  12. Wong Ko Lutan said

    Lha ya, Wahabi itu memang lucu and aneh tapinyata lho. Kok Nabi bisa keluar dari rahimnya orang kafir, apa nggak aneh? Berarti Nabi keluar dari perut kedua orang tua yang makanannya haram, jiwanya musyrik? Punya Otak itu jangan di taruk di dengkul agar bisa berpikir secara tertib. Lha ini Abu Ayas berdalil ngalor ngidul sudah bener dalilnya, tapi tidak pas untu mnenjelaskan kekafiran kemusyrikan Aayah Bunda Nabi SAW. Yang pas itu yang sudah dijelaskan dalam artikel di atas, sudah bener masih dibantah dasar golongan Wahabi si tantanduk setan!

    http://ummatiummati.wordpress.com/2010/07/07/kebenaran-najd-riyadh-sebagai-tempat-keluarnya-tanduk-syaitan/#comment-1638

  13. Abdullah said

    Hey orang dungu.
    Yang mengkafir2xkan kaum muslimin.
    Barangkali debu dedalam benakmu menghalangi kamu berfikir jernih dan menjadi dungu.
    Bagaimana mungkin orang tua Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wa Salam muslim padahal Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wa Salam baru diangkat Nabi pada umur 40 Tahun.
    Bahkan Paman yang membesarkan Nabi pun tidak mau menyebut kalimat Syahadat mati kafir.
    Kemudian kamu mengkafir2xkan kaum muslimin yang tidak sependapat dengan kamu.
    Kalau kamu bilang Salafy kafir. Berarti sekarang Haromain dikuasai orang kafir.
    Terus kamu mau jihad membunuhi orang2x kafir yang menguasai Haromain begitu?
    Wallahi, Semoga Allah Azza Wa Jalla menjaga kedua tanah suci dari tangan orang2x jahil seperti kamu.
    Allah Azza wa Jalla akan menegakkan Agamanya walaupun kamu benci.
    Masya Allah.
    Tobatlah kamu

  14. odi said

    sebenarnya ustad ustad radio rodja bukan wahabisme melaikan mereka berdakwah sesuai alqur’an & sunah…….guru gurunya juga adalah pembimbing tetap di masjid nabawi….bagai mana dapat kitakatakan ajarannya menyimpang….. kalau begitu coba kiyai-kiyai yang ada di indonesia bawakan ajaran ajarannya ke arab saudi….mungkin langsung di terima kali…yeyeyeyeeyeyeyey

    • vespaku said

      Pengikut tasawuf memang gitu mas. Mereka mahir jidal wal miro’. Sampaikan kebenaran lalu tinggalkanlah. sepertinya mereka memenuhi ketentuan untuk disebut ” Kebenaran apa yang mereka ucapkan, tetapi dimaksudkan untuk hawa nafsu mereka “. Wallahu a’lam

      Owh ya, sekarang radio rodja udah campur sama hizbiyyun mas. Pindahlah ke radiorasyid.com

Tinggalkan Balasan ke vespaku Batalkan balasan